Simposium Internasional Asia Heritage Network 2019 diselenggarakan di Xiamen, Cina pada tanggal 8-10 November 2019. Tema yang diangkat adalah : Masa Depan Pelestarian di Asia dengan Keberagaman Komunitas dan Tempat Bersejarah –Sebuah Pembelajaran dari Cina, Pengampu Pusaka Terbesar di Asia–
Peserta dari Indonesia diwakili oleh BPPI (Catrini Kubontubuh, Tri Abrianti, dan Marthina Leony Putri), Komunitas Peduli Pelestarian Bali Kuna ( I Gusti Lanang Muliarta), dan Komunitas Pusaka Aceh (Yenny Rahmayati). Catrini, Ketua Dewan Pimpinan BPPI mempresentasikan perkembangan konsep Pelestarian Berbasis Kawasan di studi kasus Subak di Bali dan Situs Majapahit di Trowulan.
Jejaring yang diberi nama Asia Heritage Network pertama kali dibentuk pada tahun 2013 di Penang, Malaysia dalam simposium internasional yang pertama. Pada kesempatan tersebut, semua anggota pendiri berkomitmen untuk melakukan pertemuan rutin setiap tiga tahun sekali. Selanjutnya simposium ke-2 diadakan pada tahun 2016 di Bali, dengan tuan rumah BPPI dan Bali Kuna. Simposium tahun 2019 ini di Xiamen pertemuan ke-3 dari Asia Heritage Network.
Diantara negara-negara Asia, Cina memiliki kawasan pusaka yang terluas. Tekanan urbanisasi sangatlah kuat di Cina sehingga berdampak pada kerentanan situs-situs cagar budaya yang penting di sana. Walaupun demikian, perbaikan terhadap upaya-upaya pelestarian dilakukan dari hari ke hari, dan bahkan partisipasi komunitas lokal mulai dilibatkan dalam beberapa kota di Cina yang menjadi bagian dari kunjungan lapangan yang diobservasi dalam simposium ini.
Simposium ini bertujuan untuk memberikan pengaruh yang kuat dalam menginspirasi kegiatan pelestarian di berbagai belahan dunia lainnya.