Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) adalah sebuah organisasi nirlaba berbentuk perkumpulan yang didirikan oleh Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) yang terdiri dari berbagai organisasi pelestarian daerah, akademisi, dan individu praktisi serta pemerhati pelestarian pada 17 Agustus 2004 di Jakarta. Pembentukannya dihadiri dan didukung oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Visi BPPI adalah “Mengawal Kelestarian Pusaka Indonesia” yang dilaksanakan agar terwujud rekam jejak sejarah, budaya dan peradaban bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat. Untuk mewujudkan visi tersebut, BPPI memiliki 3 misi utama yaitu (i) Menyampaikan masukan untuk pengembangan kebijakan, strategi, program, panduan dan mekanisme pelestarian; (ii) Menyelenggarakan pelestarian dan membantu pengembangan kapasitas pelestarian pusaka serta membangun gerakan pelestarian bersama pemerintah, komunitas, dunia usaha dan berbagai lembaga lainnya; (iii) Mengembangkan sistem pendanaan pelestarian melalui kerjasama nasional dan internasional.
Sebagai sebagai sebuah organisasi, BPPI merupakan organisasi terbuka. Anggota BPPI terdiri dari perorangan yang mendalami, peduli atau bekerja dalam pelestarian dari berbagai daerah dan juga negara lain. Kegiatan BPPI mempunyai lingkup yang sangat luas dalam pelestarian alam dan budaya, karena itu anggota BPPI berasal dari berbagai disiplin seperti arsitektur, perencanaan kota/daerah, lingkungan hidup, arkeologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, hukum, sejarah, sastra, musik, teater dsb.
Selain itu, BPPI selalu konsisten menjalin kerja sama dengan Mitra Pelestari yakni berbagai organisasi yang mempunyai tujuan yang sama untuk memperkuat pelestarian pusaka. Organisasi mitra berdiri sejajar dalam kesetaraan dan bersifat otonom. Organisasi mitra diharapkan mengembangkan program bersama untuk membangun sinergi yang optimal guna mencapai tujuan bersama.
Pada Selasa, 17 Agustus 2021, tak terasa, BPPI telah menginjak usia 17 tahun. Sebagai sebuah organisasi pelestarian pusaka di Indonesia, usia tersebut memberikan gambaran keseriusan BPPI dalam mengawal kelestarian pusaka Indonesia. Perayaan HUT ke-17 BPPI mendapat antusiasme yang besar dari masyarakat pecinta pusaka dengan tingginya jumlah partisipan pada kanal Zoom dan YouTube BPPI. Tepat pada HUT ke-17 tahun tersebut, BPPI meresmikan nama barunya menjadi Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia. Menurut Dr. Catrini P Kubontubuh, Ketua Dewan Pimpinan BPPI, nama baru BPPI hanyalah sebuah proses administrasi yang perlu dilalui, namun keberadaan BPPI di masa yang lalu dan yang akan datang adalah sumbangsih besar yang kita akui bersama, dalam menjaga pusaka Indonesia.
Selama tiga dekade berkarya, BPPI telah berhasil membangun kemitraan dengan lembaga internasional, nasional, serta kelompok masyarakat penggerak. BPPI menyadari bahwa partisipasi aktif masyarakat memegang peranan penting sebagai salah satu stakeholder pelestarian. Oleh karenanya, perayaan HUT kali ini menjadi ajang penyambutan Sukarelawan Pusaka Indonesia angkatan I, atau disingkat SUKA Pusaka Indonesia. Anggota SUKA Pusaka Indonesia terdiri atas enam puluh orang dengan beragam profil bidang keilmuan, pekerjaan, dan usia. Dengan kehadirannya, diharapkan dapat memperkaya diskusi produktif untuk memperkenalkan kepada publik di media sosial, khususnya mengenai topik upaya pelestarian pusaka di Indonesia.
Rangkaian acara terakhir adalah talkshow Anya Belajar Pusaka, yang dipandu oleh Anya Prameswari seorang anak usia delapan tahun yang bercita-cita menjadi seorang dokter hewan dengan niatan yang mulia yaitu ingin menolong hewan terancam dari kepunahan. Pada sesi Anya Belajar Pusaka tersebut, Anya bertanya kepada tokoh-tokoh BPPI, pertanyaan pertama di ajukan kepada bapak Bapak Hashim Djojohadikusumo selaku Ketua Dewan Pembina BPPI. Anya mempertanyakan keterlibatan “Eyang Hashim” sapaan anya, di BPPI padahal beliau sebagai businessman bukan arkeolog. Eyang Hashim menjelaskan jika pelestarian pusaka bukanlah hanya pekerjaan arkeologis, tapi juga tanggung jawab profesi lainnya. Selanjutnya, anya pun menanyakan pekerjaan arkeolog kepada Guru Besar Arkeologi UGM Prof Dr Inajati Adrisijanti serta pertanyaan apa kesulitan melestarikan pusaka kepada Dr. Laretna Adishakti. Ibu Sita menjelaskan bahwa dengan memiliki semakin banyak teman maka upaya pelestarian yang berat akan menjadi lebih mudah.
Dengan pertanyaan cerdas sekaligus menggelitik, Anya mengajak masyarakat Indonesia untuk peduli kepada pusaka Indonesia mulai saat ini juga. Tanpa kepedulian kita, kekayaan budaya, alam, dan saujana akan dapat punah dan terlupakan. Mengutip peryataan Bapak Eka Budianta, bahwa tak sulit cara untuk menyayangi pusaka Indonesia, yaitu diawali dengan mengenali, merawat, dan mempromosikan agar orang lain juga turut menjaga. Sebagai penutup, Anya akan mengajak kawan-kawanya untuk ikut sayang pusaka Indonesia dan mengajak sahabat pelestari untuk ikut serta aktif dalam pelestarian pusaka Indonesia.
Video tayangan selengkapnya dapat disaksikan di Youtube BPPI Heritage
Salam Lestari