Jakarta (13/8/2020). Ledakan di Beirut, Lebanon minggu lalu (4 Agustus 2020) telah mengagetkan seluruh rakyat di dunia. Tercatat sedikitnya 171 orang meninggal, lebih dari 6.000 orang mengalami luka-luka, dan sekitar 300.000 rumah rusak. Otoritas yang berwenang masih menyelidiki penyebab ledakan yang meluluhlantakan Pelabuhan Beirut yang berada di dekat pusat kota tersebut. Penyelidikan awal menyebutkan, sumber ledakan adalah terbakarnya 2.750 ton Ammonium Nitrate yang disimpan di gudang penyimpanan di Pelabuhan Beirut selama 6 tahun. Pemerintah Lebanon menyampaikan akan menindak tegas oknum yang bertanggungjawab atas ledakan tersebut.
Bagaimana reaksi masyarakat Indonesia mendengar itu? Tidak tinggal diam. Beberapa tokoh masyarakat Indonesia, pimpinan lembaga kebudayaan dan kemasyarakatan dari berbagai tempat Indonesia bermaksud memberikan pesan kepada rakyat Lebanon.
Indonesia bermaksud mengadakan acara ”Pray for Lebanon”, Sabtu 15 Agustus 2020 jam14.00 WIB. Dubes Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari bersama-sama para mantan Dubes RI untuk Lebanon, Bagas Hapsoro, Dimas Samodra Rum dan H. Chozin Chimaidy bermaksud mewujudkan solidaritas untuk meringankan penderitaan. Keempat duta besar yang memahami seluk beluk masyarakat dan kebudayaan Lebanon mengadakan kegiatan virtual ”Pray for Lebanon”.
”Tidak terperikan berapa korban manusia serta kerugian yang diderita Lebanon”, kata Dubes Hajriyanto Thohari yang telah menjalankan tugas sejak 2019. Beirut. Selanjutnya juga ditambahkan oleh Dubes Hajriyanto bahwa yang paling traumatis adalah rakyat dan bangsa Lebanon.
”Rakyat Lebanon tidak boleh sedih berkepanjangan, apalagi saling curiga dan berujung kepada konflik baru”, kata Ir. Catrini Kubontubuh M.Arch,. Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI/Indonesian Heritage Trust) yang telah membangun kerjasama Indonesia-Lebanton melalui hubungan kebudayaan dan kesusasteraan dengan Gibran National Committee Lebanon sejak tahun 2009.
Ide bersama KBRI Beirut, para mantan Dubes, BPPI juga didukung oleh organisasi kemasyarakatan yang dekat dengan Lebanon didukung antara lain oleh Eka Budianta penyair, penulis dan editor karya pujangga Lebanon. Tidak kurang tokoh pelestari pusaka dari Yogyakarta, Dr. Laretna Adishakti dan Trias Kuncahyono pengamat internasional Timur Tengah. Diperoleh keterangan bahwa beberapa anggota Kontingen Garuda Indonesia yang bertugas di Lebanon juga akan diikutsertakan untuk ikut acara ”Pray for Lebanon” tersebut.
Kegiatan ”Pray for Lebanon” antara lain berupa pembacaan puisi (citation) karya Kahlil Gibran, disambung dengan permainan harpa dari Miranti Serad. Ananda Sukarlan juga akan mempersembahkan lagu ”Song for Lebanon”. A dan ditutup dengan persembahan musik ”Song for Lebanon” dan virtual choir dari lebih 150 orang. Mereka akan menyanyikan lagu ”Ibu Pertiwi” karya Charles Crozat Converse tahun 1868. Laretna Adishakti atau akrab dipanggil Sita menjelaskan bahwa penyanyi tidak saja orang Indonesia, warga negara Lebanon juga sangat berminat untuk ikut.
Bagaimana tanggapan orang-orang Lebanon sendiri? Ketua Perhimpunan Persahabatan Lebanon-Indonesia, Victor Zmeter menyatakan apresiasinya terhadap spontanitas yang ditunjukkan masyarakat Indonesia. ”Kami sangat menghargai perhatian kawan-kawan kami di Indonesia”, kata mantan Dubes Lebanon untuk Indonesia ini. Tidak saja Victor, tetapi Rania Abi Nader penyanyi dari Baabda Lebanon mengatakan bahwa Indonesia adalah bangsa yang mencintai perdamaian. ”Indonesia telah mendengarkan kami”, kata Rania.
---o0o---
Informasi lebih lanjut:
M. Hasbiansyah Zulfahri (+62 877 2021 5858)
Irene Swastiwi (+62 812 8820 0276)