Direktori Saujana Pusaka Indonesia

Saujana Kampung Adat Ratenggaro dan Wainyapu


 

Kondisi/Informasi Umum

Kampung Adat Ratenggaro dan Wainyapu berada di tepi pantai yang menjadi bagian dari Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kedua kampung adat tersebut dipisahkan oleh Sungai Waiha namun dalam waktu tertentu dihubungkan oleh gundukan pasir di muara Sungai Waiha.

Elemen saujana yang ada di kedua kampung adalah permukiman kampung adat, makam, pantai, Sungai Waiha, gundukan pasir Muara Sungai Waiha. Kampung adat diistilahkan dalam bahasa setempat dengan Parona. Kampung Adat Ratenggaro diistilahkan dalam Bahasa setempat dengan Paroha Mahanga Daha atau muara yang indah (Winandari dkk, 2006). Pusat kedua kampung adat adalah halaman yang diistilahkan sebagai natar. Di bagian tengah natar terdapat muricana berbentuk arca batu yang dianggap sebagai penunggu kampung. Jumlah natar di kedua kampung menunjukkan jumlah sub suku yang tinggal di kampung tersebut. Di tahun 2006, Kampung Adat Ratenggaro memiliki satu natar sedangkan Kampung Adat Wainyapu memiliki 12 natar. Hal ini menunjukkan bahwa di kampung adat wainyapu terdapat 12 sub suku atau kabishu. Natar di kedua kampung adat tersebut dikelilingi oleh bangunan rumah adat yang disebut uma di keempat penjuru mata angin. Bangunan kepala sub suku selalu terletak di Selatan natar. Bangunan uma berbentuk panggung dengan atap Menara.

Makam di kedua kampung adat berada di natar tepatnya di depan rumah masing-masing. Sesuai dengan kepercayaan penghuni kampung adat yaitu kepercayaan marapu, makam di kedua kampung berbentuk batu kubur/kuburan megalitik. Pantai berpasir putih di tepi kedua kampung adat menjadi tempat prosesi bau nyale atau menangkap cacing laut. Acara tersebut berlangsung setahun sekali di pagi hari yang dilanjutkan dengan kegiatan pasola. Elemen saujana khas di kedua kampung adat yang tidak dapat dijumpai di kampung lain adalah gundukan pasir di Muara Sungai Waiha. Di waktu tertentu saat air laut surut (2 minggu dalam setahun), endapan pasir di muara Sungai Waiha tidak tersentuh air laut sehingga dapat menjadi jalur penghubung antara Kampung Adat Ratenggaro dan Wainyapu.

Nilai penting/signifikasi Kampung Adat Ratenggaro dan Kampung Adat Wainyapu adalah keberlangsungan adat megalitik yang tetap dijalankan dengan taat oleh penghuni kampung adat beserta kerabatnya. Pelestarian bangunan panggung beratap Menara, kubur batu, kepercayaan marapu, serta berbagai tradisi antara lain nyale dan pasola menjadi wujud nilai penting Saujana Sumba.

Upaya-upaya pelestarian yang pernah dilakukan selama ini (termasuk penelitian/publikasi) dst.

  1. MIR Winandari, LK Machdijar, MA Topan, BL Winardi. 2006. Arsitektur Tradisional Sumba. Jakarta: Universitas Trisakti
  2. LK Machdijar, MA Topan, MIR Winandari, I Sofian. 2007. Megalitik Arsitektur Tradisional Sumba- Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
  3. R Winandari. 2017. Adaptasi Teknologi di Rumah Adat Sumba. Mintakat Jurnal Arsitektur Vol. 18 (2). DOI: https://doi.org/10.26905/mintakat.v18i2.1470
  4. MIR Winandari, BH Wibisono, A Djunaedi, HS Ahimsa-Putra. 2013. The Meaning Of Public Open Space In Traditional Villages And Contemporary Residential Areas In Sumba Island. in E Lehner, I Doubrawa, Ikaputra. 2013. insular diversity architecture-culture-identity in Indonesia. Vienna: IVA-ICRA and Department of Architecture and Planning Gadjah Mada University. P. 159-166
  5. JW Mross. 2000. Cultural and Architectural Transitions of Southwestern Sumba Island, Indonesia. Hongkong: ACSA 2000 International Conference. p. 260-265
Kampung Adat Ratenggaro dan Wainyapu berada di tepi pantai di Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Elemen saujana yang ada di kedua kampung adalah permukiman kampung adat, makam, pantai, Sungai Waiha, gundukan pasir Muara Sungai Waiha. Pusat kedua kampung adat adalah halaman atau natar dengan muricana berbentuk arca batu di tengah natar yang dikelilingi oleh rumah adat atau uma di keempat penjuru mata angin dengan uma kepala sub suku di Selatan natar. 
Nama Info Kontak
M.I. Ririk WinandariJurusan Arsitektur Universitas Trisakti.mi.ririk@trisakti.ac.id